Take a fresh look at your lifestyle.

Friends With Benefits dan Konsekuensi Hukumnya Yang Mengancam

68,402

Friends With Benefits atau seringkali disingkat dengan FWB ini sedang marak dibicarakan akhir-akhir ini. Sebenarnya istilah ini muncul seiring dengan hadirnya sebuah film besutan Will Gluck pada 2011 lalu. Namun akhir-akhir ini, istilah ini menjadi sangat popular dengan hadirnya media social. Interaksi di dunia maya menjadi sangat bebas, bahkan beberapa orang dengan bebas bisa mengajak lawan jenisnya untuk : Yuk FWB-an! Sebenarnya ini adalah budaya yang harus kita sikapi dengan waspada ya. Apalagi untuk generasi muda kita saat ini.

Apa sih artinya FWB?

Jika pembaca yang lahir dan tergolong dalam senior atau senior millennial, sebagian besar kurang paham dengan istilah FWB ini. Namun, sebagai orang tua, kita harus mengerti dan waspada ketika anak atau keponakan atau cucu kita mulai berbicara masalah FWB.

Istilah FWB dimulai dari sebuah Film produksi Hollywood yang berjudul “Friends With Benefit” (sumber gambar). Film ini sendiri berkisah mengenai persahabatan yang terjalin antara Jamie (Mila Kunis) dan Dylan (Justin Timberlake). Berasal dari kota Los Angeles dan baru-baru ini pindah ke New York untuk menjalani pekerjaan barunya, Jamie adalah satu-satunya orang yang dikenal Dylan di kota tersebut. Suatu malam, ketika berbincang-bincang mengenai hubungan percintaan dan hubungan badan, Jamie dan Dylan kemudian memutuskan untuk bereksperimen dengan kehidupan seks mereka: mereka berdua setuju untuk saling berhubungan badan, namun tanpa keberadaan ikatan perasaan apapun antara mereka berdua. Murni hanya sebatas memenuhi kebutuhan fisik saja.

Singkat cerita, tanpa disangka, Jamie dan Dylan menikmati hubungan badan tanpa status tersebut. Hubungan persahabatan mereka bahkan mampu terjalin lebih akrab. Namun, selayaknya dua orang manusia biasa, keduanya kemudian gagal untuk tidak melibatkan perasaan dalam hubungan mereka. Dylan merasa Jamie menjauh dari dirinya ketika Jamie menjalin hubungan kasih dengan Parker (Bryan Greenberg). Sementara itu, Jamie semakin lama semakin merasa bahwa Dylan adalah sosok pria yang selama ini ia cari. Sayangnya, Dylan adalah sesosok pria yang sama sekali belum siap untuk terikat dalam komitmen apapun. Meskipun di sudut hatinya, Dylan menyadari bahwa Jamie adalah wanita yang tepat bagi dirinya.

Jalan cerita Friends with Benefits telah begitu familiar, bahkan dengan hanya mendengar judul film ini, kebanyakan penonton telah dapat menebak apa yang terjadi di antara dua karakter utama di film ini: hubungan badan tanpa status mereka berjalan lancar pada awalnya, hubungan emosional mulai mengambil alih di pertengahan cerita yang kemudian membuat hubungan keduanya menjadi renggang namun di akhir cerita keduanya menyadari bahwa mereka sebenarnya saling membutuhkan satu sama lain.

Jika dilihat dari sedikit review film tersebut, sudah bisa ditebak belum, sebenarnya Friend With Benefits ini hubungan yang seperti apa sih? Apa sih FWB itu?

Kata benefit dalam Bahasa Indonesia sendiri mempunyai arti manfaat. Tetapi sejatinya friends with benefits berarti suatu hubungan pertemanan dengan seseorang yang menambahkan unsur physical needs di dalamnya. Hal ini karena mereka melakukan hal yang lebih intens, lebih emosional dan saling membutuhkan.

Benarkah Friends With Benefit Dianggap Merugikan?

Hubungan friends with benefits ini tidak terikat dan tidak mempunyai aturan yang pasti. Hubungan badan yang ada juga menjadikan ketergantungan dan menjadikannya sebuah ‘rutinitas’. Tidak sedikit yang mempunyai hubungan friends with benefits ini karena menganggap temannya itu sebagai sosok yang cocok untuk memenuhi kebutuhan fisiknya.

Tidak ada hal yang bisa memastikan kenapa hubungan ini bisa terjadi, tetapi ada beberapa persoalan yang timbul kenapa hal ini terjadi. Salah satunya adalah seorang yang masih single dan mempunyai teman lawan jenis yang sangat dekat. Hal ini membuat mereka saling membutuhkan satu sama lain dan terjebak di friends with benefits. Ataupun pasangan satu sama lain nggak bisa ‘memuaskan’ mereka secara fisik. Ketika pertemanan menceritakan hal ini satu sama lain, muncul keinginan untuk ‘mencoba’ dengan temannya ini.

Namun, hati-hati ya dengan jenis hubungan semacam ini. Karena sejatinya, hubungan ini tidak terikat. Oleh karena itu kita bisa jadi kehilangan kapan pun, baik dengan alasan sudah mempunyai pasangan yang membahagiakannya ataupun juga ketika ingin berhenti menjalin friends with benefits. Selain itu, pertemanan juga akan hilang seiiring dengan hubungan ini terjadi. Karena dari awalnya saling support menjadi keinginan untuk melakukan hubungan badan lagi dan lagi. Hal ini akan menghilangkan rasa pertemanan yang ada. Yang terakhir, kita tidak pernah tahu pasangan friends with benefits itu hanya menjalin hubungan FWB-nya dengan kita saja ataukah masih ada perempuan lain.

Apakah Akibat Hukum Dari FWB?

Jika kita ambil contohnya adalah pernikahan siri, memang sudah sah secara agama, namun karena tidak di daftarkan secara resmi secara hokum negara, maka hal ini berpotensi merugikan pada pihak wanitanya. Lho kenapa begitu? Karena wanita yang dinikahi secara siri tidak dapat menuntut hak-haknya sebagai isteri menurut hukum negara; sehingga perempuan bisa ditinggalkan tanpa status yang jelas secara undang-undang. Itu pernikahan siri. Apalagi jika kita bicara soal FWB, yang hubungannya tidak terikat dengan takaran status perkawinan. Tentu akan banyak ancaman hukum yang sifatnya sangat merugikan jika kita tetap melakukannya.

Dalam friends with benefits, ketika berhubungan tidak dilakukan dengan aman, bisa jadi akhirnya sampai mempunyai anak. FWB kalau sampai punya anak gimana dong?  Akibatnya tentu akan banyak anak-anak yang lahir tidak sah dan atau anak luar kawin. Nah tentu status ini juga akan sangat merugikan bagi si anak ini di masa depan, karena kehilangan kesempatan untuk menempuh beberapa tingkatan hidupnya. Hal tersebut dikarenakan statusnya.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) mengadakan 3 (tiga) penggolongan terhadap anak-anak, yaitu :

  1. Anak sah, yaitu seorang anak yang lahir di dalam suatu perkawinan yang sah;
  2. Anak yang lahir di luar perkawinan, tetapi diakui oleh ayah dan/atau ibunya. Di dalam hal ini antara si Anak dan orang yang mengakui itu timbul pertalian kekeluargaan. Pertalian kekeluargaan ini hanya mengikat orang yang mengakui anak itu saja, dan apabila ayah dan ibunya kawin, maka menjadi anak sah;
  3. Anak yang lahir di luar perkawinan, tetapi tidak diakui oleh ayah maupun ibunya. Anak ini menurut hukum tidak mempunyai ayah dan ibu, karena merupakan anak luar kawin yang tidak diakui, sehingga tidak mempunyai keluarga maka juga tidak ada ketentuan tentang hukum warisnya.

 

Apa yang Dimaksud Dengan Anak Luar Kawin?

Pengertian anak luar kawin berdasarkan Pasal 272 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dibagi menjadi dua yaitu dalam arti sempit dan luas. Anak luar kawin dalam arti luas meliputi anak zina, anak sumbang dan anak luar kawin lainnya. Sedangkan anak luar kawin dalam arti sempit artinya tidak termasuk anak zina dan anak sumbang. Anak luar kawin dalam arti sempit ini yang dapat diakui. Sedangkan dalam islam anak luar kawin disebut sebagai anak zina. Anak yang lahir diluar perkawinan menurut istilah yang dipakai atau dikenal dalam Hukum Perdata dinamakan natuurlijk kind (anak alami). Pendekatan istilah “anak zina” sebagai “anak yang lahir diluar perkawinan yang sah”, berbeda dengan pengertian anak zina yang dikenal dalam hukum perdata. Sebab dalam hukum perdata, istilah anak zina adalah anak yang dilahirkan dari hubungan dua orang, laki-laki dan perempuan yang bukan suami isteri. Dimana salah seorang atau kedua-duanya terikat satu perkawinan dengan orang lain. Oleh sebab itu, anak luar kawin yang dimaksud dalam hukum perdata adalah nak yang dibenihkan dan dilahirkan di luar perkawinan dan istilah lain yang tidak diartikan sebagai anak zina.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UUP) dalam Pasal 43 mengatur tentang anak luar kawin (ALK), yaitu anak yg dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Permasalahan tentang ALK yang hanya memiliki hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya ini telah membawa situasi yang tidak adil bagi si anak. Anak menjadi terputus hubungan hukumnya dengan ayah kandungnya, sedangkan diketahui bahwa lahirnya seorang anak, merupakan hasil hubungan yang terjadi antara dua orang yaitu laki-laki dan perempuan. Kondisi ini menjadikan seolah-olah secara hukum si ayah terlindungi secara hukum ketika tidak melaksanakan tanggung jawabnya terhadap anak.

Dari penjelasan di atas, bisa dibayangkan resiko-resiko apa yang nantinya kita dapatkan ketika menjalani hubungan FWB, apalagi sampai mempunyai anak. Hal tersebut tentu sangat merugikan anak kita nanti. Salah satunya adalah tidak bisa bersekolah sesuai dengan yang diinginkan karena tersandung masalah akta kelahiran yang tidak bisa didapatkan oleh anak yang berstatus ALK. Karena akta kelahiran kan sejauh ini masih digunakan untuk syarat-syarat tertentu. Jadi jika si anak tidak bisa mendapatkan itu, tentu akan sangat merugikan. Selain itu juga menyangkut masalah warisan. Ini akan menjadi permasalahan yang rumit karena si anak hanya memiliki hubungan perdata dengan si ibu, sehingga si bapak tidak punya kewajiban tanggung jawab terkait warisan kepada sang anak.

Terlepas dari permasalahan hukum, tentu yang patut dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menjalani hubungan FWB adalah terkait masalah kesehatan. Apakah kita sudah yakin pasangan FWB-an kita sehat secara reproduksi? Bukan berniat menakut-nakuti sih, tapi kan ya ngeri juga sih kalau teman kita ternyata mengidap HIV, sedangkan dalam kenyataannya kita sering melakukan hubungan badanual dengannya. Bisa jadi kita tentu akan tertular juga.

Teman-teman, ada baiknya kita bisa menyaring sendiri, budaya mana yang pantas kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Modern dan maju tidak selalu terkait dengan gaya hidup bebas yang mengabaikan aturan dan norma yang berlaku. Memprioritaskan pertemanan adalah kunci dari menghindari friends with benefits ini. Lakukan kegiatan-kegiatan non fisik yang bisa menjadikan pertemanan lebih berkualitas. Toh kita bisa melakukan berbagai aktifitas yang positif untuk menghargai pertemanan kita.

Semoga kita bisa bijak menyikapi permasalahan ini ya teman-teman ?

Dengarkan podcast NGOPI HUKUM by IDLC di Spotify

 

 

 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.